Tuesday 16 July 2019

Review Film Dua Garis Biru , Film Porno atau Sex Education ?

Film ini lagi rame banget dibicarain. Dan film ini termasuk salah satu wishlist film untuk Karin tonton tahun ini. Yup. Dua Garis Biru. Ketika trailer film ini keluar, langsung banyak pro dan kontra. Kenapa? Karena film ini menceritakan dua orang remaja SMA yang melakukan hubungan badan dan berakhir dengan kehamilan. Yang paling Karin highlight adalah komentar-komentar yang mengatakan film ini adalah film porno. Seperti yang kita ketahui, umumnya obrolan mengenai seks itu masih sangat tabu di Indonesia.

Tapi, apa betul film ini adalah film yang ngga mendidik? Atau film mengenai sex education? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat Karin makin penasaran dan menunggu banget film ini muncul. Jadi, kemarin sore Karin nonton bareng temen.So, here is my very honest review. Untuk bagian yang mengandung spoiler akan Karin beri peringatan kok.


Dua Garis Biru

Seperti yang diperlihatkan di trailer filmnya, menceritakan mengenai Dara dan Bima yang menjalin hubungan asmara saat SMA. Seperti anak-anak pada umumnya, bercanda tertawa bersama. Hingga suatu hari mereka melakukan hubungan badan yang mengakibatkan dara hamil. FYI (For Your Information), ngga ada adegan ranjang sama sekali di film ini, bahkan ciuman pun ngga ada. Jadi Karin bisa jamin kalau film ini BUKAN film porno. Film ini menceritakan pergulatan mental dan fisik Dara dan Bima, juga keluarga mereka berdua.

[Spoiler alert]
Jadi, Dara dan Bima yang mengetahui kehamilan Dara mencoba untuk menggugurkan kandungan Dara yang sudah berusia sekitar 10 minggu. Dara memastikan ukuran bayinya yang sebesar buah strawberry di pertunya. Mungkin dia bimbang dengan keputusannya. Who knows? Dara ngga mau minum obat, jadi mereka pergi ke tempat praktek aborsi dengan informasi dari kenalan Bima. Namun, ketika mereka sampai di tempat praktek aborsi. Dara melihat buah strawberry yang di blender untuk jus, membayangkan bahwa bayinya akan mengalami hal serupa saat akan digugurkan. Dara mengurungkan niatnya untuk aborsi.

Mereka memutuskan untuk merahasiakan kehamilan Dara. Hingga suatu siang, saat pelajaran olahraga. Perut Dara terpukul oleh bola dan ia merasakan nyeri. Semua berkerumun dan tanpa sadar Dara menanyakan apakah bayinya baik-baik saja.

Klimaksnya ada disini. Ketika sekolah dan kedua orangtua mereka tau. Betapa murkanya orangtua mereka dan pihak sekolah yang terkesan lepas tangan. Menurut Karin, semuanya terasa sangat real dan dekat dengan kehidupan nyata kita sehari-hari.
[spoiler alert ends here]


Menurut Karin, film ini bagus banget untuk sarana seks education. Banyak makna dan ilmu yang bisa kita dapatkan dari film ini. Mulai pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua mengenai sistem reproduksi dan hubungan seksual. Semata-mata agar hal seperti di dalam film ini tidak terjadi. Semua pihak harus saling bantu membantu untuk memberikan perihal sex education. Bukan hanya tentang hubungan badan, tetapi mengenai kesehatan reproduksi, bagaimana sebaiknya kita menjaga organ-organ intim kita, apa yang bisa dianggap sexual harrassement atau bukan dan masih banyak lagi.
Terutama bagi orangtua atau anak yang canggung banget membahas hal seperti ini. Semoga dengan adanya film ini bisa jadi lebih terbuka dan memberikan efek jera untuk remaja yang melakukan hubungan diluar nikah sih..

Sayangnya, ending dari cerita ini bersifat cliffhanger alias gantung hahaha. But at least menurut Karin bukan happy ending. Karena kalau sampai happy ending film ini bakal dicerca habis-habisan sepertinya wkwkkwkw.

Tapi stillllllll worth banget untuk ditonton. Film ini ditunjukkan bagi 13 tahun keatas ya! Jadi untuk dibawah itu sebaiknya jangan menonton dulu, kita ikuti aturan yang berlaku. Okay? xD hehe
*sok bijak sekali karin ini*

Karin's Review

Rate(all)      : 9/10
Acting         : 9.5/10
Alur cerita   : 8/10

Follow miyazaki_karin on Instagram and let's br friends!
See you on my next post yaaa~


google.com, pub-1885867213273831, DIRECT, f08c47fec0942fa0